Pendidikan pada hakikatnya adalah bantuan pada peserta didik untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal. Berbagai kekuatan pendidikan yang ada selalu diarahkan untuk mencapai tujuan tersebut. Seiring dengan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan ternyanta membawa dampak yang negatif. Banyak anak-anak yang tidak memiliki minat dalam belajar. Kurangnya rasa ingin tahu dan motivasi belajar yang menyebabkan peserta didik menganggap bahwa pelajaran adalah sebuah beban. Pengaruh negatif dari lingkungan seperti teman sekelas atau sebaya, kurangnya rasa ingin tahu dan motivasi belajar peserta didik juga menyebabkan permasalahan yang ada di keluarga atau kurangnya perhatian orangtua akan di jadikan alasan untuk tidak belajar. Hal yang sama katika terjadi permasalahan di sekolah seperti kurangnya sarana prasaran atau metode mengajar guru yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Berdasarkan riset sederhana dan AKPD di kelas XII TKR terdapat 5 peserta yang memiliki tingkat motivasi belajar rendah Permasalahan ini terjadi karena banyak peserta didik yang sering menunda-nunda tugas, sering tidak mengerjakan PR, mereka tidak mau bertanya ketika guru menerangkan materi yang di berikan, nilai masih di bawah KKM . Upaya yang dilakuakn guru mapel seperti mengganti metode pembelajaran, strategi belajar yang digunakan ketika proses belajar mengajar, ternyata masih banyak di temui peserta didik yang masih belum memiliki minat belajar terutama dari mapel yang diberikan. Untuk mengatasi peserta didik yang memiliki permasalahan seperti yang di ungkapkan dari hasil wawancara dengan guru mapel maka guru BK memberikan layanan berupa konseling kelompok untuk meningkatkan motivasi
Pelaksanaan konseling kelompok yang dilaksanakan menggunakan dengan menerapkan teori behavioral dengan tehnik modelling peserta didik dapat mengubah perilaku dengan mengamati model yang akan ditiru agar konseli memperkuat perilaku yang sudah terbentuk. Layanan Konseling kelompok ini memiliki fungsi pengentasan Layanan konseling kelompok lebih menarik siswa akan terlibat aktif dalam membantu menggali penyebab masalah dan diberikan kesempatan untuk memberikan solusi tentang permasalahan yang dibahas. Teknik modelling terbagi menjadi 3 macam yaitu live model ( penokohan nyata ), symbolic model ( penokohan simbolik ) dan multiple model ( penokohan ganda ) . Menurut Bandura dan Walters ( Slameto, 2003: 21) penguasaan tingkah laku atau respon baru, pertama- tama adalah dari hasil peristiwa- peristiwa yang terjadi dalam waktu yang bersamaan ( kontinguitas) yang diamati. Kuat lemahnya respons itu tergantung pada penguatan ( reincforcement) menurut teori ini, yang penting adalah respons itu mula-mula dipelajari dengan memperhatikan pengaruh modeling efect, disiinhibitori efect, dan eliciting effect.
Dukungan kepala sekolah dan rekan sejawat yang turut membantu mempersiapkan alat dalam proses kegiatan layanan konseling kelompok berusaha melaksanakan semaksimal mungkin apa yang telah direncanakan. Kerjasama yang baik dari peserta didik dan dewan guru, sarana dan prasarana yang memadai untuk menjalankan aksi tersebut. Kemampuan guru menguasai teknik dalam konseling kelompok Kemampuan guru dalam mengembangkan inovasi dalam pemberian layanan BK Kompetensi guru dalam pemahaman peserta didik untuk mampu mengaktualisasikan potensi yang dimilikinya
Dengan layanan konseling kelompok dengan teknik modelling ini menunjukkan terdapat perbedaan tingkat motivasi belajar dalam diri siswa, antara sebelum dan sesudah pelaksanaan layanan konseling kelompok dengan teknik modelling. Hasilnya efektif, karena peserta didik aktif dan antusias saat proses layanan konseling kelompok berlangsung. Sehingga siswa mampu menemukan solusi pemecahan masalahnya dengan diterapkannya teknik modeling . Sebagai seorang guru harus selalu mengembangkan dan menyesuaikan dirinya dengan kondisi terkini dan selalu membuat inovasi-inovasi dalam proses layanan BK.
by. Laely Bariroh, S.Pd.